Selasa, 08 Mei 2012

‘Uzlah dan Dampak Positifnya


‘Uzlah dan Dampak Positifnya
          ‘Uzlah (pengasingan diri) disini adlah ber-‘uzlah, dari segala bentuk kejahatan. Ber-‘uzlah seperti itu akan melapangkan dada dan mengikis semua kesedihan.
            Ibnu Taimiyyah berkata, “Ada keharusan bagi hamba untuk melakukan ‘uzlah agar dapat beribadah kepada Allah,berdzikir kepada Nya,membaca ayat-ayat Nya berdoa kepada-Nya,meminta ampunan-Nya,menjauhi tindakan-tindakan jelek.”
            Dalam buku Shaidul Khatir, Ibnu al-Jauzi telah menuliskan tiga pasal yang ringkasannya sebagai berikut: ”Saya tidak melihat dan tidak mendengar manfaat yang lebih besar dari pada ‘uzlah. Karena ‘uzlah adalah sebuah ketenangan,sebuah keagungan,sebuah kemuliaan,sebuah tindakan untuk menjauhkan diri dari keburukan dan kejahatan, sebuah kiat untuk menjaga kehormatan dan waktu,sebuah cara untuk menjaga usia,sebuah tindakan untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang mendengki,sebuah pernungan terhadap akhirat,sebuah persiapan untuk bertemu Allah,sebuah pemusatan jiwa dan raga untuk melakukan ketaatan sebuah pemberdayaan nalarterhadap hal-halyang bermanfaat,dan sebuah eksplorasi terhadap nilai dan hokum dari nash-nash yang ada.”
            Alangkah indahnya ber-‘uzlah dengan buku; karena  orang akan dapat menambah usia,dapat menikmati kenikmatan dalam kesendirian,dapat mengembara menuju ketaatan,dan dapat berjalan-jalan dalam prenungan.
            Pada saat ber-‘uzlah kamu akan dapat mnyelami makna-makna,menangkap butiran-butiran nilai,mernungkan tujuan-tujuan hidup,dan membangun menara ide serta pemikiran.
            Pada saat ber-‘uzlah ruh berada dalam kegembiraan,hati berada dalam kebahagiaan terbesar,dan nurani berada dalam perburuan nilai-nilai.
            Semua orang besar menyirami ‘tanaman’ kemuliaan mereka dengan ‘air’ ‘uzlah sampai mereka menghasilkan buahnya yang bias di petik setiap saat dengan izin Rabb-Nya.
            Ali bin Abdul Aziz al-Jurjani berkata
            “mereka mengatakan padaku bahwa dalam dirimu ada kemurungan.
              Sebenarnya mereka melihat seorang yang menjauhi sikap yang rendah.
             Jika dikatakan,ada mata air,saya katakan saya melihatnya,namun jiwa
            merdeka tahan terhadap rasa haus.
            Saya tidak menunaikan hak ilmu jika setiap kali aku melihat sesuatu yang
            menggiurkan kujadikan dia tangga bagi diriku
            Apakah aku akan melakukan itu kemudian aku memetik kehinaan?
            Itu sama dengan mengikuti kebodohan yang demikian pasti.
            Andaikata orang berilmu menjaganya dia pasti menjaga mereka.
            Andaikata mengagungkannya didalam jiwa pasti diagungkan.
            Namun mereka mermehkannya,maka hinalah mereka
            mereka mengotorinya dengan ketamakan hingga dia bermuka masam.”

            Ahmad ibn Khalil al-Hanbali juga berkata,
            “Siapa menginginkan kemuliaan dan ketenangan dari kesedihan panjang
             melelahkan,
            ia harus menyendiri dan rela dengan yang sedikit saja.
            Bagaimana akan jadi bersih,jika ia hidup dari yang kotor.
            Antara fitnah,celaan para penipu dan bujukan kata manis orang-orang
            pendir.
            Di tengah-tengah para penghasut dan kekerdilan orang-orang kikir
            Ah,menyesal aku harus mengenal orang,menyesal harus mengenal jalan
           hidupnya.

           


Qadhi Ahmad ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata,
            “Tak pernah kunikmati manisnya hidup hingga teman dudukku rumah dan
             buku
.
            Tak ada yang lebih mulia daripada ilmu karenanya aku mencarinya untuk
            teman akrab.
            Kehinaan itu ada karena pergaulan,tinggalkanlah mereka dan hidup mulia.”

Penyair yang lain berkata,
“Aku diam dalam kesendirian dan tinggal dalam rumahku, ada rasa tenteram,dan tumbuh berkembang kebahagiaanku.
Kuputuskan hubunganku dengan sesama,dan aku tidak peduli apakah pasukan telah berangkat atau panglima telah menunggang kudanya.”

Al-Humaydi al-Muhaddats berkata,
Pertemuan dengan manusia tak akan mendatangkan faedah apa-apa, kecuali hanya menambah pembicaraan yang tak tertata
Kurangilah intensitas bertemu dengan mereka selain untuk menuntut ilmu atau kebaikan

Ibn faris berkata,
“Mereka berkata,bagaimana keadaanmu,kujawab,baik.
Satu kebutuhan terpenuhi dan yang lainnya tidak
Jika kesedihan telah menyesakkan dada
Saya katakana, semoga akan datang suatu hari dengan bantuan
Temanku adalah kucingku,sahabat jiwaku adalah buku-buku sedangkan kekasiku adalah lentera malam.”


0 komentar:

Posting Komentar